Langsung ke konten utama

Studi tentang Yiguandao (Bagian 5) - Dari Manakah Sumber Ajaran Yiguandao?

Sumber Ajaran Yiguandao

    Harus diakui banyak ajaran Yiguandao yang bagus dan mengajarkan kebaikan terutama ajaran-ajaran yang diambil dari ajaran agama Buddha dan Konfusius. Saya pribadi juga sejujurnya mendapatkan banyak pengaruh positif akibat mengikuti ajaran Yiguandao. Ada banyak prinsip hidup yang positif yang sampai saat ini masih saya jalani yang berasal dari ajaran Yiguandao. Tapi kendati demikian, tetap sangatlah sulit untuk menjadikan semua ajarannya sebagai pedoman dan pegangan hidup, karena banyak juga yang salah dan tidak sesuai kebenaran sejati. Permasalahan besar dari ajaran dan doktrin Yiguandao adalah seringkali kita tidak tahu isi ceramah yang disampaikan oleh para 點傳師Dianchuanshi (Pendeta) dan para 講師 Jiangshi (Penceramah), sumbernya berasal dari mana, di mana kalau di agama lain jelas sekali sumber ajarannya dari kitab suci dan semuanya bisa kita cek sendiri secara langsung di bagian mana dan ayat ke berapanya. Kitab Suci agama lain pun kalau kita lacak dan pelajari lebih dalam, maka kita juga akan tahu jelas sejarahnya, siapa yang membuat dan berasal dari mana. Sedangkan di Yiguandao tidak ada sumber yang jelas teori-teori dan ajarannya berasal dari mana. Memang ada beberapa isi ceramah yang terkadang mencantumkan sumber seperti misalnya dalam Daodejing disebutkan...., Menurut kitab Jinganjing ......, dsb, tapi setelah saya banyak mempelajari sendiri dan mendalami kitab suci-kitab suci agama-agama tersebut, saya justru menemukan banyak sekali penjelasan yang diubah oleh kalangan Yiguandao sehingga pengertiannya menjadi sama sekali berbeda dengan isi dan maksud sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh kitab suci aslinya. Tidak jarang juga di vihara saya dulu, isi dari ceramah yang disampaikan oleh Dianchuanshi ataupun Jiangshi di depan mimbar justru malah membahas hal-hal yang menurut saya sangat jauh dari Dharma Buddha, seperti contohnya membahas perilaku dan kehidupan orang lain, menceritakan kehidupan mereka pribadi, atau terkadang hanyalah bentuk keluh kesah, pendapat, kemarahan atau rasa tidak puas yang sedang dialami. 

    

    Saya pribadi yang terakhir kali ditunjuk sebagai 講師 Jiangshi (penceramah) di vihara saya dulu jelas menganggap ini adalah masalah besar karena saya pribadi biasanya mendapatkan materi ceramah hanya dalam bentuk teks kertas tulisan atau ketikan sebanyak 1 atau beberapa halaman yang saya tidak tahu jelas itu sumbernya dari mana. Kalau sumbernya saja tidak jelas, bagaimana kita bisa yakin bahwa materi tersebut adalah kebenaran sejati. Kalau hasil Fuji yang diklaim dari Lao Mu (Tuhan) dan para Buddha saja salah (Baca Postingan saya di Bagian 3), apalagi teori dan ajaran yang dibuat oleh manusia. Tidak menutup kemungkinan juga, materi ceramah yang diberikan itu hanyalah pendapat pribadi atau karangan seseorang. Dan kalau berkaca dari kesalahan beberapa teorinya, tentu hati saya pribadi jadi merasa tidak tenang bila saya disuruh untuk berceramah di vihara. Karena bisa saja saya ikut andil menyebarkan hal yang salah ke banyak orang tanpa saya sadari. Kalau itu yang terjadi bukannya berarti saya malah lebih banyak menanam karma buruk ketimbang karma baik.

        Selain itu, karena tidak ada dasar dan sumber ajaran yang jelas, saya dulu juga mengalami kesulitan untuk memperdalam pengetahuan ketika saya punya keinginan untuk mempelajari lebih jauh mengenai ajaran-ajaran Yiguandao. Ya. Memang ada banyak sekali hasil-hasil Fuji yang dihasilkan kalangan Yiguandao, tapi itu pun hampir tidak ada satupun yang bisa diakses secara bebas di vihara saya dulu dan sangatlah sulit untuk mendapatkan akses untuk materi-materi tersebut. Ada beberapa buku yang tersedia di vihara tapi itu pun jumlahnya sangat terbatas. Itu pun buku-bukunya kebanyakan juga tidak ada nama penulisnya dan sumber dari penjelasannya juga tidak tahu dari kitab suci apa, dari sutra apa, atau dari hasil Fuji apa.

Contoh buku-buku Yiguandao yang hampir semuanya tidak ada nama penulisnya dan sumbernya pun tidak jelas dari Kitab Suci apa atau hasil Fuji apa 

Ajaran Peninggalan Tokoh-Tokoh Yiguandao

Kalau kita pelajari mengenai ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh Yiguandao, terutama Patriark-patriarknya yang tidak diakui Buddhis (mulai Patriark ke-8 s/d Patriark ke-18), kecuali kitab 一貫道疑問解答 (Jawaban terhadap Pertanyaan Mengenai Yiguandao) yang dibuat oleh 張天然 Zhang Tian Ransangat jarang kita mengetahui ada warisan ajaran, filosofi dan doktrin yang terlahir atau dibuat oleh patriark-patriark tersebut yang masih digunakan dalam ceramah-ceramah di vihara Yiguandao. Bahkan 一貫道疑問解答 pun itu bukan murni pemikiran Zhang Tianran, tapi disusun dari teori-teori sektarian yang sudah ada sebelumnya dengan bantuan Fuji (peminjaman raga). Kalau kita pelajari semua tokoh besar dari setiap agama, biasanya akan tercatat banyak sekali ajaran-ajaran yang biasanya terekam melalui murid-murid dan pengikut-pengikutnya. Seperti contohnya Sang Buddha Gautama yang ajaran-ajarannya dihafal oleh murid-muridnya dan akhirnya ditulis sehingga menjadi Tripitaka, Yesus Kristus yang ajaran-ajarannya juga terekam melalui murid-muridnya dan akhirnya ditulis menjadi Alkitab, atau 惠能 Hui Neng yang ajaran-ajarannya juga tertulis dalam 六祖壇經 Sutra Landasan Patriarkh Keenam. Biasanya kitab-kitab itu akan sangat sering dijadikan dasar pada kotbah-kotbah atau ceramah-ceramah mereka. Sementara itu kalau kita melihat patriark-patriark versi Yiguandao, hampir tidak ada peninggalan-peninggalan ajaran dari mereka yang masih sering dijadikan tema atau ajaran dalam kelas-kelas di vihara. Bahkan Patriark ke-13 徐還無 Xu Hai Wu  dan Patriark ke-17 路中一 Lu Zhong yi yang dianggap sebagai tokoh sentral Yiguandao yaitu Buddha Maitreya, juga tidak meninggalkan warisan ajaran yang murni berasal dari pemikiran mereka semasa hidup. Satu-satunya peninggalan ajaran dari Buddha Maitreya hanyalah 彌勒救苦真經 Mi Le Jiu Ku Zhen Jing (Sutra Buddha Maitreya Menyelamatkan dari Penderitaan) yang bahkan itu pun sebenarnya adalah hasil Fuji setelah Lu Zhong Yi meninggal. Isi dari sutra tersebut pun juga bukan ajaran melainkan hanyalah klaim bahwa Buddha Maitreya sudah lahir dan memimpin dunia ini melalui Yiguandao. Sama sekali tidak ada isi ajarannya sama sekali. 
    Dalam sejarah, sebenarnya ada beberapa buku hasil tulisan patriark-patriark Yiguandao yang tercipta, seperti contohnya 禮本、愿懺、雷唵三經, 皇極金丹九蓮正信歸真還鄉寶卷 yang ditulis oleh 黃德輝 Huang Dehui (patriark ke-9), 萬年歸宗、蓮花樂二十四章、元旦囑書、金不換 yang ditulis oleh 袁志謙 Yao Zhiqian (patriark ke-12), dan 數理合解, 三一探源 yang ditulis oleh 王決一 Wang Jue Yi (patriark ke-15). Tapi semua kitab tersebut juga sebenarnya tidak berisi ajaran2 yang mereka ciptakan sendiri, melainkan berasal dari kitab2 sektarian sebelumnya yang kemudian dicampur, ditambah dan diubah. Dan selama 30 tahun saya mendengarkan ceramah di vihara Yiguandao, saya tidak ingat pernah ada kutipan dari buku-buku tersebut yang dimasukkan dalam ceramah-ceramah yang ada di vihara saya. Coba saja tanyakan kitab-kitab yang saya sebut di atas ke para Jiangshi (penceramah) vihara Yiguandao, dijamin tidak akan ada yang tahu. Yang sering dimasukkan justru kitab-kitab agama Buddha, Konfusius dan Taoisme yang pengertiannya terkadang dibelokkan dari aslinya. Sebagian besar isi ceramah yang saya sering dengar adalah hagiografi (versi biografi yang menguduskan/mengkultuskan/mendewakan tokohnya) serta ceramah-ceramah yang isinya dorongan atau desakan agar para umat bisa cepat-cepat membina dan mencari umat sebanyak-banyaknya. Pernahkan kita merenungkan dan berpikir bahwa bukankah agak aneh mengetahui bahwa tokoh-tokoh yang disebutkan memegang pusaka Tao yang bisa disebut sebagai orang yang mencapai kesempurnaan sama sekali tidak meninggalkan ajaran. Yang paling aneh tentu saja tokoh titisan Maitreya yang disebut sebagai pemegang Firman Tuhan dan Penguasa Alam baru yang menggantikan Buddha Sakyamuni tidak pernah meninggalkan satu pun ajaran kepada para pengikutnya. 

Sumber Ajaran Yiguandao 

Berkat kemajuan teknologi, dalam 20 tahun terakhir, hampir semua materi-materi ajaran agama manapun telah tersedia di internet, termasuk ajaran-ajaran Yiguandao. Mulai banyaknya materi ini tentu membuat bahan bacaan menjadi banyak, tapi tetap saja itu tidak membuatku mantap dalam menyakini kebenarannya, karena memang teks-teks penjelasan dan materi Yiguandao tetap tidak jelas sumbernya dari mana. Tapi setelah saya mempelajari dan menelusuri banyak buku-buku dan teks sejarah, barulah saya mengetahui bahwa pada dasarnya, ajaran-ajaran Yiguandao sumbernya berasal dari sumber-sumber berikut:

a. Kitab Ajaran Sekte-sekte / Agama Lain

    Banyak ajaran-ajaran Yiguandao biasanya mengambil dari kitab suci agama ataupun sekte-sekte agama tertentu di masa lalu, yang paling banyak tentu adalah kitab-kitab sektarian yang sebagian tidak diketahui jelas siapa penulisnya. Kitab-kitab ini muncul bebarengan dengan bermunculannya sekte-sekte baru pada zaman kerajaan Tiongkok, seperti contohnya 龍華經 Sutra Bunga Naga皇極结果宝卷 Gulungan Berharga tentang Buah Karma pada Periode Puncak Kekaisaran, 皇极金丹九莲正信归真还乡宝卷 Gulungan Berharga tentang Ramuan Emas dan Teratai Berdaun Sembilan untuk memperbaiki Keyakinan, Memulihkan Kesempurnaan Kembali ke Kampung Halaman dan masih banyak lagi kitab2 sekte2 Luoisme dan turunannya. Ajaran yang berasal dari kitab-kitab seperti ini tentu saja jarang sekali disebutkan dalam ceramah-ceramah di fotang Yiguandao, karena semua penceramah tidak ada yang tahu kitab ini dan memang kitabnya sendiri pada dasarnya memang tidak popular, karena merupakan kitab-kitab sektarian. Kitab-kitab ini sendiri sebenarnya dijadikan sebagai sumber ajaran utama dari kelompok-kelompok yang sering membuat kekacauan di masa lalu seperti tradisi Teratai Putih, Maitreyanisme, kelompok-kelompok Luoisme dan lain-lain. Tapi sebagian besar ajaran di fotang Yiguandao saat ini justru malah mengacu pada kitab-kitab ini ketimbang kitab-kitab agama ortodoks seperti kitab agama Buddha atau agama ortodoks lainnya. Ajaran dan keyakinan mengenai pembukaan pintu suci, konsep pemujaan terhadap Lao Mu, keyakinan pada Buddha Maitreya yang telah turun ke dunia, konsep dunia kiamatteori tiga masa pancaran, kewajiban persembahan dupa dalam rangka waktu 4 jam per hari, konsep Wuji (無極) dan Taiji (太極) serta LiTian (裡天), istilah-istilah Gufo (Buddha Kuno) dan Zushi (Patriark/Maha Guru) pada beberapa Buddha berasal dari kitab-kitab ini. Kitab-kitab yang diciptakan oleh para patriark-patriark Yiguandao yang saya sebutkan di atas sebelumnya isinya juga banyak berasal dari kitab-kitab ini. Bagi yang ingin mempelajari mengenai isi dari kitab-kitab sektarian ini saya sarankan untuk membaca buku Precious Volumes An Introduction to Chinese Sectarian Scriptures from the Sixteenth and Seventeenth Centuries - Daniel Overmeyer dan Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History - Hubert Michael Seiwert, Ma Xisha.

Porsi kedua terbanyak sumber ajaran Yiguandao berasal dari ajaran Konfusius yang bersumber dari 五經 Wu Jing dan 四書 Si Shu. Sedangkan porsi sumber ajaran ketiga adalah biasanya mengambil dari kitab-kitab agama Taoisme dan agama Buddha, baru kemudian Alkitab. Ajaran-ajaran Buddha sendiri anehnya tidak terlalu banyak digunakan walaupun Yiguandao sering mengaku sebagai agama Buddha. Yiguandao hanya mengambil sosok Buddha dan istilah-istilah Buddhisme saja, tapi sangat jarang mengambil isi dharma dari kitab suci agama Buddha. Sumber dari teori-teori yang digunakan Yiguandao lebih banyak mengacu ke kitab-kitab buatan sekte-sekte Tiongkok (poin A) ketimbang mengacu pada kitab aslinya yaitu kitab Tripitaka yang berbahasa Pali dan kitab-kitab sutra Mahayana yang berbahasa Sansekerta. Untuk agama Islam, Yiguandao juga jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah mengambil kutipan dari Alquran. Dari ajaran-ajaran yang diambil, ada beberapa ajaran yang masih diajarkan sama dengan ajaran aslinya (kebanyakan ajaran-ajaran Konfusius). Beberapa ajaran seperti Berbakti, Vegetarian, Kaidah Moralitas, 8 Kebajikan, Lima Relasi, Tata Krama diajarkan cukup baik di vihara Yiguandao dan tidak terlalu berbeda dengan kitab aslinya. Yang sedikit disayangkan, tidak sedikit juga ajaran-ajaran dari agama lain yang diajarkan dengan sangat berbeda dan dibelokkan pengertiannya, dan saya baru tahu kebenarannya setelah saya mendalami sendiri kitab suci-kitab suci agama lain tersebut (Contohnya : Pemahaman mengenai Tao yang saya bahas di Bagian 6, Cara Melampaui Kelahiran Kembali di Bagian 8, Hutang Karma di Bagian 10, Konsep mengenai ke-Akuan di Bagian 11, Alam-Alam Kehidupan di Bagian 12, Ajaran-ajaran lainnya di Bagian 14). 

b. Tradisi dan Keyakinan dari Aliran Kepercayaan Rakyat China 

    Selain mengambil kitab-kitab sekte-sekte Tiongkok dan agama-agama besar di dunia, salah satu sumber lain yang banyak digunakan oleh kalangan Yiguandao adalah tradisi-tradisi dan keyakinan agama rakyat (folk religion). Banyak dari ajaran dan konsep teori-teori yang diadopsi Yiguandao merupakan tradisi-tradisi turun temurun yang memang banyak dipercaya oleh masyarakat Tiongkok. Bahkan kitab-kitab sektarian yang saya sebut di poin A pada dasarnya adalah semacam rangkuman dari keyakinan-keyakinan populer yang dianut oleh masyarakat umum di masa itu, contohnya 3 Masa Pancaran 三陽期 yang merupakan keyakinan masyarakat yang berasal dari teori yang dibuat berdasarkan kitab-kitab palsu tentang Maitreya sejak abad ke-6 dan dijadikan dasar doktrin oleh sekte Maitreya dan Teratai Putih, Siklus Dunia dari Terbentuk sampai Kiamat yang juga merupakan ajaran kepercayaan yang berasal dari buku karangan 邵雍 Shao Yong, Keyakinan bahwa era Buddha Gautama sudah lewat dan digantikan oleh Buddha Maitreya yang merupakan keyakinan dari Sekte Maitreya sejak abad ke-6, Keyakinan pada 舞技老母 Ibu Suci (Lao Mu) yang merupakan tradisi turun temurun rakyat China yang menyembah 西王母 Queen Mother of the West sejak sebelum masehi, Lampu Lentera Matahari (日登) dan Bulan (月登yang merupakan tradisi masyarakat yang dipengaruhi oleh ajaran Manikheisme yang menyembah Matahari dan Bulan, Aturan Dipisahnya Laki-laki dan Perempuan yang merupakan tradisi dari ajaran Manikheisme,  十條大原 10 Ikrar Suci yang merupakan tradisi dari 羅教 Luoisme, tradisi pratek Tulisan roh (Fuji) yang sudah ada sejak sebagai bagian dari tradisi agama kepercayaan sejak dinasti Song, Ritual Pertobatan pada Kelas Pertobatan (懺悔班) dan keyakinan bahwa penurunan moral masyarakat akan mengakibatkan bencana bersama adalah tradisi dan keyakinan sekte Wudoumidao (五斗米道) dan Taipingdao (太平道), Teori bahwa semakin banyak umat Yiguandao yang membina diri akan bisa mengubah kondisi dunia adalah teori yang diajarkan oleh ajaran Taipingdao (太平道)Praktek Vegetarian yang merupakan praktek yang dijalankan oleh banyak masyarakat China sejak adanya praktek 斋 Zhai dari sekte-sekte Taoisme sejak jaman sebelum masehi, dan masih banyak lagi. Doktrin dan ajaran-ajaran tersebut bisa ditelusuri sudah ada jauh sebelum Yiguandao terbentuk dan mulai dipraktikkan oleh sekte Luoisme yang merupakan akar dari Yiguandao. Banyak dari praktik-praktik yang dijalankan merupakan tradisi-tradisi dan keyakinan masyarakat yang populer sehingga kemudian digunakan dan digabungkan menjadi satu. 

c. Hasil 扶乩 tulisan roh atau hasil meminjam raga

    Porsi terbanyak lain sumber doktrin dan ajaran Yiguandao biasanya diambil dari Fuji (扶乩) dalam bentuk tulisan pasir/meminjam raga. Yiguandao banyak menghasilkan teks-teks hasil Fuji ini pada masa kepemimpinan Zhang Tianran, yaitu setelah tahun 1930. Isi dari teks-teks hasil Fuji ini kalau kita baca isinya juga mirip-mirip dengan isi kitab-kitab sektarian yang saya sebut di poin A. Sehingga teks-teks hasil Fuji ini tentu saja tidak bisa dijadikan pedoman, karena banyak terbukti teori-teorinya salah, contohnya adalah teori mengenai Kosmologi Dunia yang saya bahas di Bagian 3. Selain kebenarannya yang diragukan, ada permasalahan besar mengenai praktek tulisan roh dan peminjaman badan ini. Praktek Fuji ini sendiri di akhir abad 20 sudah ditinggalkan hampir semua divisi Yiguandao kecuali kelompok 發一 Fayi karena terbongkarnya beberapa kasus di Taiwan serta banyak terjadinya perpecahan di kalangan Yiguandao sendiri disebabkan karena banyak aliran yang menggunakan Fuji ini untuk mengklaim bahwa merekalah yang memegang firman Tuhan yang sejati dan memimpin misi pelintasan global di masa akhir jaman (Baca Bagian 2). Padahal kalau memang tulisan roh itu adalah kebenaran sejati harusnya tidak perlu sampai dihilangkan. 

        Fuji ini sendiri sebenarnya juga bukanlah praktek yang secara khusus hanya bisa dilakukan oleh kalangan Yiguandao saja melainkan cukup umum juga dilakukan oleh banyak kalangan aliran kepercayaan (folk religion) dan kelompok-kelompok spiritual lain di China dan Taiwan  (Lebih jelas mengenai Fuji saya bahas di Bagian 7). Praktek-praktek semacam itu memang bisa saja bukan pura-pura di mana sebenarnya ada mahluk dari alam lain yang mempengaruhi kesadaran dari tubuh yang dijadikan medium sehingga bisa berperilaku sesuai yang diinginkan oleh mahluk tersebut, tapi yang menjadi masalah adalah belum tentu yang disebut hadir meminjam badan itu benar-benar Buddha atau Dewa seperti yang diklaim. Yang kita tidak tahu adalah mahluk yang berpenampakan seperti Buddha itu bisa saja adalah Mara, Ashura, mahluk-mahluk dari alam Peta yang memang memiliki kesaktian untuk mengubah wujudnya menjadi seperti Buddha. Maha Guru ke-15 Yiguandao yaitu Wang Jueyi pun tidak merekomendasikan Fuji juga karena alasan yang sama.

    Sekarang mari kita anggap semua wejangan dari praktek peminjaman badan ini benar-benar Tuhan dan Buddha yang datang dan semua wejangannya kita anggap benar semua. Masalahnya wejangan-wejangan tersebut juga tidak tercatat dan dibuat secara sistematis dalam satu jilid buku seperti halnya kitab suci agama lain. Yang saya ketahui, saat ini kelompok Fayi di Taiwan mulai membuat buku terstruktur yang saya maksud dalam 一貫道藏 Yiguandao Cannon yang dibuat oleh 林榮澤 Lin RongZe. Sayang sekali buku ini tidak diproduksi secara masal dan masih sangat mahal harganya (sekitar hampir 400 ribu rupiah harga 1 bukunya, total ada puluhan buku kalau mau membelinya secara lengkap). Jadi tentu saja tidak akan ada banyak umat Yiguandao yang mau membelinya.

    Semua hal di atas belum ditambah dengan fenomena adanya rasa tidak percaya antar divisi/aliran Yiguandao yang seringkali tidak mengakui Firman Tuhan dan wejangan-wejangan hasil Fuji yang berasal dari divisi lain. Dari hal ini, tentu saja sebagai seorang umat di kalangan Tao akan sangat bingung dan sering bertanya-tanya apakah ajaran yang dipelajari ini adalah yang benar dan sejati, karena kita tidak tahu yang mana ajaran dan doktrin yang diambil dari kitab suci, yang mana yang welas asih para Buddha, dan yang mana yang teori dan karangan pribadi seseorang.

Pengalaman pribadi saya di vihara selama puluhan tahun juga menkonfirmasi hal ini. Berikut adalah contoh pengalaman-pengalaman yang saya alami sendiri berkaitan dengan hal yang saya jabarkan di atas : 

  • Di vihara saya pribadi, ada 2 orang umat sepasang suami istri yang mengalami permasalahan rumah tangga dan pada akhirnya berpisah. Keduanya cukup aktif di vihara saat masih bersama. Tapi umat yang cowok memang lebih aktif dan terakhir diangkat menjadi seorang Jiangshi (Penceramah). Setelah mereka berpisah, umat yang pihak istri dilarang untuk datang ke vihara. Ada seorang penceramah senior yang menyampaikan pada umat tersebut bilang ada peraturan Buddha yang disampaikan oleh DianChuanShi yang menyebutkan bahwa dia tidak boleh datang ke vihara. Dalam kasus ini saya jelas bertanya2, peraturan Buddha yang mana yang melarang orang datang ke Vihara? 
  • Kejadian lain juga terjadi saat saya dulu menghadiri ulang tahun teman saya yang juga sesama teman vihara. Saat itu teman saya mengabadikan momen dalam pesta ulang tahun tersebut, di mana di dalamnya ada juga sesi dansa dan acara-acara seru lainnya. Celakanya foto ini terlihat oleh Dianchuanshi. Pada saat itu kami berdua dimarahi akibat pesta ulang tahun tersebut. Saat itu Dianchuanshi menyampaikan bahwa hari ulang tahun seharusnya bukanlah hari untuk dirayakan tapi harus dilalui dengan merenungkan penderitaan orang tua kita. Saya waktu itu jadi bertanya-tanya peraturan Buddha yang manakah yang melarang orang menghadiri dan merayakan ulang tahun. Dari kitab atau wejangan Buddha yang manakah yang menjelaskan mengenai hal ini? 
  • Ada salah satu umat yang sangat rajin ke vihara. Sangking rajinnya sampe bisa 5x dalam seminggu hadir di Vihara. Dan suatu hari, Dianchuanshi yang memimpin vihara kembali ke Taiwan. Dan umat tersebut menyeletuk bilang bahwa sekarang bisa agak santai karena tidak ada DianChuanshi. Tidak lama kemudian umat tersebut jatuh sakit. Dan tiba-tiba seorang Jiangshi mengatakan bahwa itu adalah akibat umat tersebut sembarangan ngomong. Gara2 keinginan ingin sedikit rileks itulah yang membuat dia jatuh sakit. Kejadian ini tentu membuat saya bertanya-tanya. Teori yang disampaikan Jiangshi itu sumbernya dari sutra apa atau dari wejangan Buddha yang mana. Hal itu membuat saya berpikir. Kalau memang mekanisme seperti itu beneran ada, bukankah akan lebih baik bila kita sama sekali tidak pernah punya hubungan apapun dengan vihara Yiguandao seperti orang-orang pada umumnya, daripada kita harus terkena kutukan penyakit akibat kita yang biasanya 4-5x datang ke vihara per minggu berubah menjadi agak santai 1-2x datang ke vihara seminggu.
  • Di vihara saya sangat tidak disarankan untuk pergi ke tempat ibadah lain, apalagi kalau sampai ke vihara Yiguandao lain. Saya sempat menanyakan hal ini dengan beberapa teman dan keluarga saya yang berasal dari kelompok Yiguandao lain. Ada beberapa kelompok yang jauh lebih ketat. Bahkan datang ke tempat ibadah lain saja katanya bisa memutus seuntai benang emas (alias waktu meninggal nanti, tidak lagi dijemput Buddha dan malaikat dan akan masuk neraka). Beda kelompok Yiguandao bisa berbeda peraturannya. Di vihara saya pribadi, umumnya biasanya masih ditoleransi pergi ke tempat ibadah lain selama tidak sampai dibaptis. Hal ini terus terang, membuat saya bingung dan bertanya-tanya juga apakah ada ayat kitab suci tertentu atau dari sumber Fuji tertentu yang menjelaskan tentang aturan ini dengan detail, atau memang aturan tidak boleh ke tempat ibadah lain itu hanyalah penafsiran atau pendapat pribadi senior saja karena takut kehilangan umatnya. 

(ini adalah empat dari sekian banyak contoh-contoh kecil dari pengalaman pribadi yang saya alami sendiri selama aktif di vihara saya dulu. Banyak hal-hal yang terkadang membuat saya bertanya-tanya dengan kebenaran sebuah teori atau ajaran yang dijelaskan oleh para senior di vihara. Karena sumber dan dasar ajarannya sendiri memang tidak jelas, bisa saja beberapa penjelasannya merupakan pandangan dan pendapat pribadi seseorang yang tidak bersumber dari sutra atau kitab suci manapun) 

Referensi:
Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History - Hubert Michael Seiwert
Popular Religion and Shamanism - Xisha Ma, Huiying Meng
Practicing Scripture: A Lay Buddhist Movement in Late Imperial China - Barend ter Haar
Religious Faith of the Chinese - Zhuo Xinping
Precious Volumes An Introduction to Chinese Sectarian Scriptures from the Sixteenth and Seventeenth Centuries - Daniel Overmyer
dan Dunhuang Manuscript Culture: End of the First Millennium - Imre Galambos.

Studi tentang Yiguandao Bagian Sebelumnya (Bagian 4) : Kejanggalan Silsilah Maha Guru Yiguandao

Studi tentang Yiguandao Bagian Berikutnya (Bagian 6) : Pemahaman Tao versi Yiguandao

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemahan dan Penjelasan 彌勒救苦真經 Mi Le Jiu Ku Zhen Jing (Sutra Buddha Maitreya Menyelamatkan dari Penderitaan)

Pada kesempatan ini, saya akan membagikan terjemahan bahasa Indonesia dari kitab suci  彌勒救苦真經  Mi Le Jiu Ku Zhen Jing, salah satu kitab suci yang paling sering dibaca oleh para pengikut Yiguandao di vihara mereka. Terjemahan ini adalah hasil terjemahan saya pribadi dengan mengacu dari arti huruf per huruf-nya dan tentunya dibantu dengan referensi beberapa hasil terjemahan dari beberapa kalangan Yiguandao. Terjemahan dan penjelasan saya di sini bukanlah apa yang saya yakini secara pribadi, melainkan adalah arti dan makna dari kalimat per kalimatnya berdasarkan apa yang diyakini oleh kalangan Yiguandao. 

Studi tentang Yiguandao (Bagian 1) - Tiga Masa Pancaran 三陽

Di kalangan Yiguandao (di Indonesia lebih dikenal dengan Aliran Maitreya), kita sering mendengar kata-kata " 道真理真天命真 " yang artinya adalah Tao sejati, Kebenaran sejati dan Firman Tuhan sejati . Karena 理真 kebenaran sejati sering disebutkan di banyak ceramah yang diadakan di vihara kalangan Yiguandao, para umat Yiguandao akan beranggapan apa yang diceramahkan adalah sebuah kebenaran mutlak yang tidak mungkin salah.  Saya pun menyakini demikian selama puluhan tahun. Saya pribadi sebenarnya sudah sejak dulu hobi membaca dan saya adalah tipe orang yang tidak bisa kalau disuruh menelan mentah-mentah sebuah ajaran dan langsung mengyakininya sebagai dasar keyakinan tanpa melakukan crosscek terlebih dahulu. Masalahnya dulu kita punya keterbatasan dalam hal akses sumber literasi. Jaman dulu satu-satunya cara untuk mendapatkan akses ke buku-buku literasi adalah dengan menemukan buku-buku fisiknya. Belum ada internet dan belum ada device-device canggih seperti sekarang. Mendapatkan b...

Terjemahan dan Penjelasan Daodejing 道德經 (Bab 1) Tao dan Nama

Sudah cukup lama, saya tertarik belajar mengenai Tao Te Cing dan baru tahun ini saya mulai serius mempelajarinya. Sebenarnya saya pernah mendengar beberapa kali penjelasan tentang Dao De Jing ini di vihara Yiguandao tempat saya sembayang dulu, tapi saya tidak pernah benar-benar mengerti penjelasannya karena sepertinya apapun bunyi baitnya, penjelasannya selalu diarahkan dengan narasi dan doktrin versi mereka sendiri. Karena itu saya memutuskan untuk belajar sendiri mengenai Tao Te Cing ini langsung dari teks aslinya. Karena saya sudah menguasai sedikit bahasa mandarin, saya mengartikan tiap kata-katanya langsung dari bahasa mandarinnya dibantu dengan kamus untuk memahami lebih dalam per katanya. Untuk membantu pemahaman, saya membaca beberapa buku penjelasan mengenai Tao Te Cing yang bagus salah satunya adalah buku Dao De Jing Kitab Suci Agama Tao tulisan Dr. I. D. Like Msc dan Dao De Jing The Wisdom of Laozi tulisan Andi Wang . Ada juga beberapa buku terjemahan Dao De Jing berbahasa I...