Langsung ke konten utama

Review Buku Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History - Hubert Michael Seiwert, Ma Xisha

Menurut ChatGPT, total ada sekitar 4000 agama di dunia ini. Di luar agama-agama besar, ada banyak sekali agama-agama baru yang muncul di dalam sejarah. Kebanyakan dari agama-agama tersebut saat ini tidak dikenal masyarakat Indonesia karena memang banyak di antara agama-agama tersebut yang tidak pernah disebarkan di Indonesia dan banyak di antaranya yang sudah menurun di mana jumlah umatnya sudah tersisa sangat sedikit. Dan kalau berbicara mengenai agama, China menjadi salah satu negara di mana banyak agama baru bermunculan. Kalau ingin tahu buku sejarah yang penuh dengan data-data yang sangat lengkap maka buku tulisan Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History karya Hubert Michael Seiwert ini adalah buku yang cocok untuk dibaca. Buku ini secara umum membahas mengenai banyak sekali kelompok-kelompok agama yang pernah ada dalam sejarah Tiongkok, terutama kelompok-kelompok populer dan kelompok-kelompok yang paling tidak pernah tercatat dalam arsip sejarah, di mana kebanyakan dari mereka adalah kelompok-kelompok heterodoks atau sekte-sekte yang ajarannya cenderung berbeda dengan ajaran dari 3 agama ortodoks besar (Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme). Sebelum saya membaca buku ini, saya juga telah membaca buku Popular Religion and Shamanism tulisan  Ma Xisha, Meng Huiying yang juga punya isi dengan kualitas yang kurang lebih sama seperti buku ini. Tidak heran sih, karena buku ini pun juga hasil kolaborasi Hubert Michael Seiwert dengan Ma Xisha. Bagusnya, buku ini mencover banyak hal yang tidak dibahas oleh buku Ma Xisha tersebut dan begitu pula sebaliknya. Jadi bagi saya membaca kedua buku ini, sangatlah wajib buat kamu yang ingin tahu bagaimana sejarah perkembangan agama di Tiongkok. Dari buku ini, saya juga menjadi tahu sedikit mengenai sejarah dari tiga agama besar yaitu Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme serta gambaran bagaimana mereka berevolusi mulai dari masa mereka belum diakui oleh negara sampai dengan masa saat mereka menjadi ajaran yang sepenuhnya ortodoks.

Bab 1 membahas mengenai sejarah Konfusianisme dari yang semula dianggap heterodoks kemudian menjadi ajaran utama kerajaan. Hal yang menarik adalah adanya unsur ramalan dan mesianisme Konfusianisme pada masa dinasti Han. Di masa itu, ajaran-ajaran yang ada di lingkungan kerajaan adalah Jinwen Xue (今文学) yang cenderung mengadopsi tradisi dari ajaran-ajaran lain yang memiliki banyak unsur supernatural dan mengandung ramalan-ramalan, kosmologi yang sifatnya spekulatif serta mesinanisme. Guwen Xue (故文学) yang skeptis pada hal-hal supernatural mulai menggantikan Jinwen Xue yang hilang bersamaan dengan runtuhnya dinasti Han pada abad ke-2.

Bab 2 membahas secara lengkap mengenai Taoisme dan sejarahnya mulai dari dinasti Han. Taoisme di dinasti Han belumlah menjadi agama yang terstruktur dan ajaran-ajaran yang ada saat itu diketahui dari catatan interaksi antara pendeta-pendeta Tao dengan kaisar yang berkuasa saat itu. Ada aliran-aliran Taoisme yang dibahas di sini, mulai dari Huang-Lao, Taipingdao, Wudoumidao, sampai dengan aliran yang mulai diakui kerajaan seperti Shangqing, dan Lingbao.

Hal menarik yang dibahas di sini adalah praktek dan tradisi Taoisme di masa dinasti Han dan kemungkinan di dinasti-dinasti sebelumnya yang masih dekat dengan usaha pencarian keabadian. Di masa akhir dinasti Han, sebelum terjadinya pemberontakan Sorban Kuning yang menjadi awal dari periode Tiga Kerajaan, sekte-sekte Taoisme yang popular di kalangan masyarakat adalah sekte-sekte yang berpedoman pada Taiping Jing (太平經), sebuah kitab yang menekankan pada milenarianisme dan perlunya perubahan dalam situasi yang ada agar dunia ini bisa menjadi lebih baik. Tema-tema seperti ini sepertinya menjadi dasar bagi tokoh karismatik seperti Zhang Jiao untuk mengumpulkan masa dan melakukan pemberontakan. Praktek-praktek yang menjadi ciri khas sekte-sekte Tao di masa ini adalah adanya ritual penyembuhan, ajaran milenarianisme dan ritual pertobatan. Selain kelompok Sorban kuning atau Taipingdao (太平道), ada sekte lain dengan doktrin, tradisi dan praktek yang kurang lebih sama yaitu Wudoumidao (五斗米道). Sekte-sekte Taoisme di masa itu banyak menekankan ajaran yang berunsur milenairanisme, eskatologis dan mesianis.

Tokoh-tokoh yang diceritakan dalam bab ini beberapa di antaranya tokoh sejarah yang banyak diketahui orang, seperti Zhang Jiao (pemimpin kelompok Sorban Kuning), Gan Ji (seorang pendeta yang punya kesaktian yang menjadi pengikut Sun Ce), Zhang Xiu (tokoh yang diduga merupakan pendiri Wudoumidao sebenarnya sebelum dibunuh Zhang Lu), Zhang Lu  (keturunan dari pendeta Taois Wudoumidao yang sekaligus seorang gubernur wilayah di zaman Tiga Kerajaan yang punya impian mendirikan negara sendiri), Du Zigong (pendeta Tao yang sangat berpengaruh di abad ke-4), dll.

Taoisme berevolusi menjadi agama ortodoks mulai abad ke-5, di mana terjadi perubahan pada ajaran dan tradisi aliran Tianshidao (Jalan Guru Langit) yang mulai menjauhkan diri dari tema mesianis dan eskatologis. Tapi di saat yang sama juga masih banyak sekte-sekte Taois populer di kalangan masyarakat yang masih berpedoman pada ajaran-ajaran dengan tema ramalan, milenarianisme dan eskatologi. Selama berabad-abad, terus muncul pemberontakan-pemberontakan oleh sekte-sekte jenis ini, seperti pemberontakan yang dilakukan oleh Li Te (李特), Sun En (孫恩) dan Zhang Chang (張昌).

Bab 3 dan Bab 4 Seiwert membahas mengenai bagaimana agama Buddha masuk ke Tiongkok dan selanjutnya memberikan pengaruh kepada banyak kebudayaan, keyakinan dan tradisi-tradisi masyarakat di berbagai daerah. Masuknya agama Buddha ke Tiongkok juga sangat mempengaruhi lahirnya sekte-sekte yang muncul setelahnya. Buddhisme sendiri pernah mengalami penindasan oleh kerajaan pada tahun 445 dan 574, tapi Buddhisme mampu mencapai puncak kejayaannya pada dinasti Tang. Setelah itu, pengaruh agama Buddha terhadap kehidupan intelektual para elit secara bertahap berkurang dan akhirnya digantikan oleh Konfusianisme baru dari para cendekiawan Song. Akan tetapi, dalam bidang keagamaan, agama Buddha telah merasuk ke dalam masyarakat Tiongkok sedemikian rupa sehingga kebangkitan Neo-Konfusianisme pun tidak dapat mempengaruhi statusnya sebagai agama utama di Tiongkok. Bagian paling menarik dari bab ini ada pada bagian penjelasan bagaimana proses terbentuknya dan perubahan keyakinan Maitreya di Tiongkok. 

Bab ini membahas cukup banyak mengenai bagaimana kelompok-kelompok yang menyerap tradisi Buddhisme muncul dan menyebabkan banyak kekacauan. Salah satunya yang paling disorot adalah sekte-sekte yang mempunyai keyakinan pada Maitreya, dimulai dari sekte Mahayana yang dibentuk oleh biksu Faqing pada tahun 515. Penyebab utama dari banyaknya motif pemberontakan ini adalah munculnya kitab-kitab baru setelah adanya terjemahan kitab-kitab Buddha yang dibawa dari India, salah satunya adalah Katalog Kitab Sutra Buddha (眾經目錄) yang dikumpulkan Faqing. Isi dari kitab ini berisi mengenai ramalan kepunahan Dharma dan Maitreya yang akan segera hadir ke dunia dan mengubah dunia ini. Yang menarik, lima sutra dari katalog kitab ini juga menyebutkan Candraprabha (Yueguang). Yueguang inilah yang di Yiguandao dikenal dengan Yuehui Pusa yang diyakini menitis kembali ke dunia sebagai Sun Suzhen. Selanjutnya ada banyak sekali pemberontakan berlatar belakang mesianisme Maitreya ini yang muncul di tiap dinasti, beberapa tokoh yang memimpin pemberontakan-pemberontakan ini antara lain Song Zixian (宋子賢), Xiang Haiming (向海明), Wang Huaigu (王懷古), dst.

Seiwert juga membahas mengenai bagaimana awal mula terbentuknya keyakinan terhadap Maitreya di Tiongkok serta bagaimana proses perubahannya sehingga kemudian menjadi sangat berbeda dengan ajaran dari Buddhisme ortodoks. Fenomena menarik lainnya yang dibahas di bab ini adalah banyak bermunculannya kelompok-kelompok Buddhisme di kalangan orang awam, di mana mereka mencoba menjadi komunitas yang menjalankan ajaran Buddhisme tanpa kehidupan monastik sehingga tidak perlu meninggalkan kehidupan duniawi. Salah satu yang paling terkenal dari kelompok jenis ini adalah kelompok Seroja Putih (白蓮社) yang awalnya merupakan kelompok ortodoks yang mengikuti tradisi aliran Buddhisme Tanah Murni Amitabha. Pada perkembangannya, kelompok ini berubah menjadi kelompok heterodoks, karena komunitas ini mulai bercampur dengan sekte-sekte agama rakyat lain dan banyak juga kelompok-kelompok yang mengaku sebagai Seroja Putih mulai menyebarkan ajaran-ajaran eskatologi dan mesianisme Maitreya dan melakukan kegiatan-kegiatan pemberontakan yang mengancam keamanan. 

Di Bab 5, Seiwert membahas dengan sangat detail bagaimana sejarah dan proses evolusi Luoisme dari awal mula ketika pendirinya Luo Menghong masih hidup, kemudian diturunkan secara turun temurun oleh keturunan-keturunan patriark Luo, sampai dengan mulai bermunculannya kelompok-kelompok turunan Luoisme yang disebut dengan Zhaijiao (Sekte Vegetarian). Salah satu cabang dari Zhaijiao ini yang kemudian menjadi Yiguandao yang bertahan sampai sekarang. Bab ini juga menjelaskan sedikit mengenai ajaran-ajaran dan ritual dari kelompok-kelompok Luoisme di masa itu. Salah satu fakta penting adalah penjelasan bahwa sudah ada upacara pembukaan pintu suci (玄關) di masa itu, di mana ini membuktikan bahwa keyakinan Yiguandao yang menyebutkan bahwa Tao baru diturunkan (pembukaan pintu suci) sejak era Lu Zhongyi adalah tidak benar.

Bab 6 dari buku ini membahas cukup banyak mengenai 2 kitab sektarian penting yang dianggap merupakan dasar dari doktrin dan ajaran sekte-sekte keagamaan baru yang lahir sejak abad ke-15, yaitu Huangji Jieguo Baojuan (皇極結果寶卷) dan Jiulian Baojuan (九莲寶卷). Kalau melihat isi-isi dari kitab ini, benar-benar sangat mirip dengan ajaran-ajaran Yiguandao saat ini, yaitu adanya ramalan Maitreya yang turun ke dunia menggantikan Sakyamuni, ajaran tiga masa pancaran, konsep Wuji (無極), Taiji (太極) dan Huangji (皇極), Pemujaan terhadap Wusheng Laomu (無生老母), istilah-istilah Gufo (古佛), pembukaan pintu suci misterius (玄關) dan bunyi ayat-ayat dalam salah satu bagian yang sangat mirip dengan Daozhi Zongzhi / Tujuan Ketuhanan (道之宗旨)-nya Yiguandao.

Di bagian berikutnya, dibahas juga sekte-sekte yang mempunyai tradisi dan ajaran yang berdasar pada keyakinan ini. Selain Luoisme (cikal bakal Yiguandao) yang dibahas pada bab 5, juga ada beberapa sekte-sekte lain yang mempunyai ajaran serupa. Yang dibahas di bab ini ada 3 sekte, yaitu: Huangtian Jiao, Hongyang Jiao dan Sanyi Jiao.

Bab 7 membahas tentang Kitab Longhua Jing yang merupakan kitab popular di kalangan sekte-sekte heterodoks. Kitab ini mempunyai isi yang sangat mirip dengan Huangji Jieguo Baojuan dan Jiulian Baojuan. Di bab ini, Seiwert juga membahas mengenai beberapa sekte popular di masa dinasti Qing, seperti Yuandun Jiao, Shouyuan Jiao, Bagua Jiao dan Yiguandao. 

Bab 8 yang jadi bab terakhir dari buku ini berisi semacam kesimpulan dan rangkuman dari apa yang dibahas Seiwert dalam 7 bab pertamanya. 

Akhir kata, buku ini sangatlah padat dalam isi, karena ditulis dengan acuan ratusan atau mungkin ribuan referensi dan dokumen-dokumen sejarah. Bagi saya, buku ini adalah buku wajib selain Popular Religion and Shamanism (2011) tulisan Ma Xisha dan Meng Huiying, bagi mereka-mereka yang ingin mengetahui sejarah agama-agama yang digolongkan sebagai heterodoks atau menyimpang dari tradisi-tradisi 3 agama Besar di Tiongkok (Taoisme, Konfusianisme, Buddhisme). Buku ini juga merupakan buku wajib bagi yang ingin mengetahui bagaimana sejarah, kitab-kitab dan keyakinan dari agama-agama yang menjadi cikal bakal dari Yiguandao secara lebih detail.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemahan dan Penjelasan 彌勒救苦真經 Mi Le Jiu Ku Zhen Jing (Sutra Sejati Maitreya Menyelamatkan dari Penderitaan)

Pada kesempatan ini, saya akan membagikan terjemahan bahasa Indonesia dari kitab suci  彌勒救苦真經  Mi Le Jiu Ku Zhen Jing, salah satu kitab suci yang paling sering dibaca oleh para pengikut Yiguandao di vihara mereka. Terjemahan ini adalah hasil terjemahan saya pribadi dengan mengacu dari arti huruf per huruf-nya dan tentunya dibantu dengan referensi beberapa hasil terjemahan dari beberapa kalangan Yiguandao. Terjemahan dan penjelasan saya di sini bukanlah apa yang saya yakini secara pribadi, melainkan adalah arti dan makna dari kalimat per kalimatnya berdasarkan apa yang diyakini oleh kalangan Yiguandao. 

Studi tentang Yiguandao (Bagian 1) - Tiga Masa Pancaran 三陽

Di kalangan Yiguandao (di Indonesia lebih dikenal dengan Aliran Maitreya), kita sering mendengar kata-kata " 道真理真天命真 " yang artinya adalah Tao sejati, Kebenaran sejati dan Firman Tuhan sejati . Karena 理真 kebenaran sejati sering disebutkan di banyak ceramah yang diadakan di vihara kalangan Yiguandao, para umat Yiguandao akan beranggapan apa yang diceramahkan adalah sebuah kebenaran mutlak yang tidak mungkin salah.  Saya pun menyakini demikian selama puluhan tahun. Saya pribadi sebenarnya sudah sejak dulu hobi membaca dan saya adalah tipe orang yang tidak bisa kalau disuruh menelan mentah-mentah sebuah ajaran dan langsung mengyakininya sebagai dasar keyakinan tanpa melakukan crosscek terlebih dahulu. Masalahnya dulu kita punya keterbatasan dalam hal akses sumber literasi. Jaman dulu satu-satunya cara untuk mendapatkan akses ke buku-buku literasi adalah dengan menemukan buku-buku fisiknya. Belum ada internet dan belum ada device-device canggih seperti sekarang. Mendapatkan b...

Terjemahan dan Penjelasan Daodejing 道德經 (Bab 1) Tao dan Nama

Sudah cukup lama, saya tertarik belajar mengenai Tao Te Cing dan baru tahun ini saya mulai serius mempelajarinya. Sebenarnya saya pernah mendengar beberapa kali penjelasan tentang Dao De Jing ini di vihara Yiguandao tempat saya sembayang dulu, tapi saya tidak pernah benar-benar mengerti penjelasannya karena sepertinya apapun bunyi baitnya, penjelasannya selalu diarahkan dengan narasi dan doktrin versi mereka sendiri. Karena itu saya memutuskan untuk belajar sendiri mengenai Tao Te Cing ini langsung dari teks aslinya. Karena saya sudah menguasai sedikit bahasa mandarin, saya mengartikan tiap kata-katanya langsung dari bahasa mandarinnya dibantu dengan kamus untuk memahami lebih dalam per katanya. Untuk membantu pemahaman, saya membaca beberapa buku penjelasan mengenai Tao Te Cing yang bagus salah satunya adalah buku Dao De Jing Kitab Suci Agama Tao tulisan Dr. I. D. Like Msc dan Dao De Jing The Wisdom of Laozi tulisan Andi Wang . Ada juga beberapa buku terjemahan Dao De Jing berbahasa I...