Bab 27, Kealamian, Belajar dan Menghargai

善行無轍迹,善言無瑕讁;
Perbuatan baik tidak meninggalkan jejak roda
Perkataan baik tidak memiliki cela
善數不用籌策;
Perhitungan yang baik tidak perlu ada siasatnya
善閉無關楗而不可開,善結無繩約而不可解。
Menutup dengan baik tidak perlu adanya kunci, tetapi tetap tidak bisa dibuka
Mengikat dengan baik tidak perlu pakai tali, tapi tetap tidak bisa dilepaskan
是以聖人常善救人,故無棄人;
Oleh karena itu, Sheng Ren dengan kebaikan menolong manusia, maka tidak ada manusia yang ditinggalkan.
常善救物,故無棄物。
Selalu dengan baik merawat segala sesuatu, maka tidak ada benda yang disia-siakan
是謂襲明。
Selalu pandai merawat segala sesuatu, maka tidak ada benda yang disia-siakan
Ini disebut meneruskan cahaya
故善人者,不善人之師;
Oleh karena itu, orang yang baik adalah guru bagi orang yang tidak baik
不善人者,善人之資。
Orang yang tidak baik adalah sumber pembelajaran bagi orang yang baik
不貴其師,不愛其資,雖智大迷,是謂要妙。
Jika seseorang tidak menghormati gurunya dan tidak menghargai sumbernya, meskipun tampak bijaksana, ia sesungguhnya dalam kebingungan besar. Ini disebut sebagai kebenaran yang mendalam
Penjelasan:
Seorang Sheng Ren (Orang Suci) pada saat berbuat baik tidak akan melekat pada perbuatan baiknya. Seorang yang suci sudah tidak memiliki kemelakatan pada “Aku” sehingga saat berbuat baik pun dianggap itu memang adalah sudah sewajarnya dan tidak perlu diingat apalagi dibesar-besarkan. Salah satu kisah yang cocok untuk menggambarkan ini adalah kisah kaisar Liang saat meminta pendapat Bodi Dharma apakah dia yang telah membangun wihara sedemikian banyaknya dan secara rutin memberi sumbangan makanan dan baju untuk biksu dan bikkhuni mempunyai banyak pahala. Bodi Dharmo menjawab tidak ada pahala. Ini mempunyai arti bahwa selama orang masih menggenggam dan melekat pada “Aku” maka walaupun banyak melakukan perbuatan baik, tapi niat dan motivasinya bukan untuk membantu dan menolong orang, tapi lebih ke untuk menguntungkan dirinya sendiri. Maka dikatakan tidak ada pahala. Sang Buddha Sakyamuni pun mengajarkan bahwa salah satu tahap paling awal untuk mencapai tingkat kesucian adalah menghilangkan pandangan “ke-Aku-an” yaitu sakkāya-diṭṭhi (pandangan yang masih meyakini diri ini ada inti, ada roh).
Seorang yang suci juga akan selalu berkata-kata baik sehingga tidak memilki cela atau cacat. Yang dimaksud di sini adalah seseorang yang hatinya benar-benar baik dan tulus, tidak memerlukan polesan atau hiasan kata-kata yang indah untuk meyakinkan lawan bicaranya. Bahkan kata-kata yang terdengar pedas pun bisa membawa banyak manfaat. Saat berperilaku dan berbuat sesuatu, seorang Shengren juga tidak perlu banyak menyusun suatu rencana, siasat atau tipu muslihat tertentu agar semua berjalan sesuai keinginannya. Orang suci akan bertindak dan berperilaku sesuai dengan keadaan tanpa adanya upaya-upaya yang tidak alami untuk mengubah segala sesuatunya.
Maka diibaratkan seperti mengunci pintu tidak diperlukan kunci. Mengikat sesuatu tidak diperlukan tali. Ini hanya analogi yang menjelaskan bahwa bagi orang suci, segala sesuatu itu akan berjalan sesuai hukum alam dan tidak perlu upaya-upaya yang berlebihan, penuh politik dan manipulatif apalagi kalau sampai melanggar moral ataupun merugikan orang lain. Seorang yang suci tidak takut akan kehilangan, karena telah menyadari bahwa pada dasarnya tidak ada yang dimiliki.
Orang yang suci akan menghargai segala sesuatu yang dipunyai dengan penuh rasa syukur dan semua akan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Orang yang berjiwa Tao selalu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada dan semuanya akan digunakan dan dirawat tanpa ada yang sia-sia. Maka perilaku seorang yang berjiwa Tao diibaratkan seperti meneruskan cahaya (penuh kebijaksanaan) sehingga menjadi suri teladan bagi orang-orang disekitarnya.
Sebagai manusia, kita juga harus melihat orang lain sebagai bahan pembelajaran. Bila melihat orang yang lebih baik dari kita, kita harus belajar dari orang tersebut agar kita bisa berkembang menjadi orang yang lebih baik. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak baik, maka kita juga bisa belajar dari mereka agar kita tidak berperilaku seperti mereka. Ini sama dengan Bab 7, Kitab Analek (论语, Lúnyǔ) ajaran Konfusius yang berbunyi 三人行,必有我师 "Di antara tiga orang, ada satu orang yang menjadi guru". Pasti ada sesuatu yang berharga untuk dipelajari dari perkataan dan perbuatan orang lain. Dari kedua orang tersebut, salah satunya pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilih orang yang punya kelebihan tertentu dan jadikanlah dia contoh buat diri anda untuk belajar, dan lihat orang yang punya kekurangan untuk merenungkan apakah Anda memiliki kekurangan yang sama, dan perbaiki jika Anda memilikinya.
Seorang yang berjiwa Tao selalu akan menghargai segala sesuatu, terutama guru yang telah mengajarkan ilmu-ilmu kehidupan pada mereka. Seorang yang suci juga pasti akan tahu balas budi dan ingat akan sumber dari segala yang dimiliki sehingga tidak akan menyia-nyiakan mereka yang telah mendukung dan membantu mereka. Sebagai seorang yang berjiwa Tao tentu jangan sampai kita lupa akan budi orang lain, seperti contohnya orang tua, guru atau teman-teman yang banyak mengajarkan hal-hal positif kepada kita. Maka dikatakan jika seseorang tidak tahu balas budi dan tidak bisa menghargai apa yang dipunyai, meskipun terlihat seperti bijaksana, sebenarnya orang tersebut sedang bingung dan tidak tahu apa yang dia lakukan. Inilah makna mendalam dari kebenaran yang sejati.
Komentar