Battle of Iwo Jima adalah salah satu pertempuran paling penting yang terjadi di masa perang dunia ke-2. Perang ini adalah pertempuran awal yang terjadi antara Jepang melawan Amerika Serikat setelah Pearl Harbor dibom oleh kekaisaran Jepang. Iwo Jima sendiri sebenarnya hanyalah pulau kecil di lautan Pasifik yang jaraknya 1200 km dari Jepang. Keputusan Amerika Serikat untuk merebut Iwo Jima sendiri sebenarnya agak kontroversial, mengingat pulau ini tidak punya efek apa-apa dalam peperangan karena tidak bisa dijadikan markas singgah ataupun sebagai markas armada laut AS. Kisah peperangan di Iwo Jima ini diceritakan dengan sangat luar biasa dalam 2 film arahan Client Eastwood yang dirilis di tahun 2006 yaitu Flag of Our Fathers dan Letters from Iwo Jima. Flag of Our Fathers adalah kisah pertempuran Iwo Jima dari sisi Amerika Serikat, sedangkan Letters from Iwo Jima adalah kisah yang sama tapi dari sisi Jepang.
 |
Film tentang Peperangan Iwo Jima berdasarkan sudut pandang Amerika |
 |
Film tentang Peperangan Iwo Jima berdasarkan sudut pandang Jepang |
Di Amerika Serikat, Pertempuran Iwo Jima ini menjadi sangat viral berkat sebuah foto yang diambil oleh Joe Rosenthal (seorang wartawan dari Associated Press) yang berisi 5 orang yang sedang berusaha menancapkan bendera Amerika Serikat di bukit Suribachi, pulau Iwo Jima. Foto tersebut digunakan sebagai simbol masyarakat Amerika sebagai tanda kemenangan mereka atas Jepang dan menjadi sarana kampanye untuk mendorong masyarakat AS agar membeli bonds (surat utang negara) Amerika untuk membiayai perang melawan Jepang. Kisah inilah yang coba diceritakan film Flag of Our Fathers.
Dan penancapan bendera di pulau Iwo Jima ini sendiri ternyata menyimpan banyak cerita di baliknya. Saat foto penancapan bendera tersebut pertama kali muncul di surat kabar-surat kabar di seluruh Amerika Serikat, muncullah narasi bahwa 6 orang tersebut adalah pahlawan Amerika Serikat yang berjasa besar dalam peperangan Iwo Jima tersebut.
 |
Foto penancapan bendera di Iwo Jima yang sangat iconic |
Padahal proses penancapan bendera itu sendiri sebenarnya hanyalah salah satu proses simbolik yang kebetulan dilakukan oleh 5 prajurit yang disuruh oleh atasannya pada saat keadaan di Iwo Jima mulai sudah bisa dikendalikan. Dan foto penancapan bendera yang dimuat surat kabar itu sendiri ternyata bukanlah penancapan bendera yang pertama kali dilakukan. Sebelumnya sudah ada proses penancapan bendera yang pertama, hanya saja bendera yang pertama itu dirasa terlalu kecil sehingga kemudian diganti dengan bendera yang lebih besar pada proses penancapan yang kedua.
 |
Penancapan Bendera pertama di Iwo Jima |
Karena hanya hasil foto penancapan bendera kedua yang dimuat di media cetak saat itu, maka pada awalnya tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya ada penancapan bendera yang pertama dan semua orang beranggapan bahwa proses penancapan bendera yang kedua itu adalah satu-satunya proses penancapan bendera di Iwo Jima. Foto itu kemudian menjadi alat politik bagi pemerintah AS untuk mendorong warganya agar semuanya mau membeli bonds (surat utang negara) sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah untuk membiayai perang melawan Jepang saat itu. Hanya ada 3 prajurit dari 6 pemasang bendera yang masih bertahan hidup yang kemudian dijadikan sebagai alat promosi pemerintah untuk membeli bonds. Di dalam film Flag of Our Fathers tampak bahwa ada dilema moral yang dialami oleh 3 orang prajurit yang sudah terlanjur diberikan label sebagai pahlawan oleh masyarakat AS. Dan uniknya, ternyata dari 3 orang yang awalnya diduga sebagai orang yang menancapkan bendera tersebut hanya 1 orang saja yang benar (Ira Hayes). Sedangkan 2 orang lainnya (John Bradley, Rene Gagnon) salah diidentifikasi (alias bukan mereka pemasang bendera sebenarnya). Dan 2 kesalahan itu baru dikoreksi di tahun 2016 dan 2019 di mana pemasang bendera yang benar adalah Harold Keller dan Harold Schultz.
Kalau film Flag of Our Fathers banyak berkisah tentang bagaimana 3 orang prajurit yang diidentifikasi sebagai penancap bendera menjalani hidup setelah perang tersebut, film Letters from Iwo Jima secara penuh menampilkan peperangan di Iwo Jima, sehingga terasa lebih fokus, lebih kuat dan lebih to the point. Makanya tidak heran bila banyak orang menganggap film Letters from Iwo Jima lebih bagus. Letters from Iwo Jima memperlihatkan bagaimana kepiawian seorang jendral Jepang bernama Tadamichi Kuribayashi memimpin pasukan Jepang yang sangat terbatas jumlahnya dalam menghadapi tentara AS yang jauh lebih besar dan lebih kuat secara armada.
 |
Jendral Kuribayashi |
Mayor Jenderal Kuribayashi telah membangun salah satu sistem pertahanan yang paling tangguh selama perang. Kompleks ini memiliki bermil-mil terowongan dan parit, ratusan penempatan pasukan bawah tanah dan parit antitank. Kuribayashi tahu bahwa pasukannya yang hanya berjumlah sekitar 21.000 orang tidak memiliki harapan untuk mendapatkan bantuan dari luar dan tidak dapat mundur dari pulau itu. Dia memerintahkan anak buahnya untuk bertempur sampai mati di parit-parit mereka. Mereka harus membunuh musuh sebanyak mungkin pasukan Amerika. Sebagai seseorang yang pernah tinggal di Amerika, Kuribayashi yakin bahwa Amerika bisa saja menghentikan perang bila jumlah korban sudah terlalu banyak. Kuribayashi memilih untuk tidak menyerang pendaratan awal di pantai. Dia justru memancing pasukan AS masuk ke pedalaman ke dalam jaringan posisi pertahanan di pedalaman. Sebelum pendaratan dilakukan, kapal-kapal dan pesawat AS mulai menyerang dengan cara menembakkan meriam dan rudal dari jarak jauh, mereka mengebom setiap hari dalam sebuah pengeboman yang paling lama dan paling berat sepanjang perang Pasifik. Pendaratan melibatkan 800 kapal perang, yang diawaki oleh total 220.000 awak. Sekitar 110.000 tentara akan mengambil bagian dalam serangan awal pendaratan lanjutan. Pulau ini dinyatakan aman pada tanggal 26 Maret, setelah pertempuran selama 36 hari yang telah menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak. Sebanyak 5.931 Marinir tewas dan 17.372 lainnya terluka. Ada juga sekitar 2.800 korban angkatan laut. Jumlah pasti orang Jepang yang tewas tidak diketahui. Hanya 216 orang yang menyerah selama pertempuran, meskipun sekitar 900 orang lainnya menyerah kemudian. Intensitas pertempuran di Iwo Jima membuat para komandan dan politisi Amerika Serikat saat itu khawatir. Orang Jepang rela mati demi melindungi sebagian kecil tanah air mereka. Mereka telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan AS.
Di film tersebut juga diperlihatkan bagaimana prinsip yang dianut oleh jendral Kuribayashi yang sedikit berbeda dengan pemimpin-pemimpin Jepang pada umumnya, di mana jendral Kuribayashi tidak pernah melakukan banzai attack (semacam serangan bunuh diri tentara Jepang) ataupun ritual bunuh diri bila merasa sudah pasti kalah dalam perang. Ini berbeda sekali dengan budaya para prajurit dan pemimpin pasukan Jepang lain yang memang menganggap bahwa bunuh diri itu adalah cara terhormat orang-orang Jepang. Kuribayashi menganggap itu sebagai pemborosan yang tidak perlu atas nyawa anak buahnya. Inilah yang menyebabkan Peperangan Iwo Jima berlangsung begitu lama, di mana Korps Marinir Amerika Serikat yang awalnya memperkirakan akan dapat merebut Iwo Jima dalam lima hari, tetapi Kuribayashi dan anak buahnya bisa bertahan untuk berperang sampai 36 hari. Kehebatan Kuribayashi ini sendiri juga sampai diakui oleh Jenderal Korps Marinir A.S. Holland Smith yang mengatakan bahwa "Dari semua musuh kami di Pasifik, Kuribayashi adalah yang paling bisa diandalkan."
Komentar